Minggu, 01 Mei 2011

Jengkol, meski bau tapi banyak mengandung vitamin

Jengkol, Meski Bau, Bergizi Tinggi
Bau tak sedap adalah salah satu
ciri paling menonjol dari bahan
pangan bernama jengkol. Dalam
soal bau, mungkin hanya petai
yang bisa mengalahkan jengkol,
meski bau jengkol relatif lebih
“lembut”, tidak semenyengat
petai. Soal bau ini ada guyonan,
jika ingin menghilangkan bau tak
sedap usai makan petai,
makanlah jengkol, atau
sebaliknya. Yang jadi pertanyaan,
mengapa jengkol bisa
menimbulkan bau tak sedap?
Penyebab bau itu sebenarnya
adalah asam amino yang
terkandung di dalam biji jengkol.
Asam amino itu didominasi oleh
asam amino yang mengandung
unsur sulfur (S) atau nama
umumnya belerang. Untuk lebih
mempermudah mendapat
gambaran bau jengkol dalam
kaitan dengan unsur belerang
adalah bau yang ditimbulkan
saat kita berkunjung ke kawah
yang kandungan beleranganya
cukup tinggi.
Ketika terdegradasi atau
terpecah-pecah menjadi
komponen yang lebih kecil, asam
amino itu akan menghasilkan
berbagai komponen flavor yang
sangat bau karena pengaruh
sulfur tersebut. Salah satu gas
yang terbentuk dengan unsur itu
adalah gas H2S yang terkenal
sangat bau.
Bau yang ditimbulkan dari
jengkol sebenarnya cukup
mengganggu, terutama bagi
orang lain yang tidak ikut
makan. Apalagi dengan air seni
yang dikeluarkannya. Jika
pemakan jengkol ini buang air di
WC dan kurang sempurna
membilasnya, WC akan berbau
tidak enak dan mengganggu
ketenangan orang lain.
Karena faktor bau itu pula
menjadikan jengkol selalu
ditempatkan sebagai makanan
kelas bawah dan orang yang
menyukai jengkol kerap merasa
malu jika diketahui orang lain.
Bagi sebagian kalangan, sangat
mungkin menghindari makan
jengkol hanya demi jaga gengsi,
padahal mereka sebetulnya
penggemar berat jengkol.
Sebenarnya, bau jengkol dapat
dikurangi, meski belum bisa
dihilangkan sama sekali. Banyak
cara bisa dilakukan, salah
satunya melalui proses
perendaman dan perebusan.
Dengan demikian, kedua proses
tersebut selain bermanfaat untuk
melunakkan biji jengkol, juga
berperan dalam mengurangi bau
tak sedap.
Selain itu, agar bau tidak terlalu
menyengat, saat buang air juga
harus menggunakan teknik yang
benar, misalnya dengan
membilas sebelum dan sesudah
buang air, plus menambahkan
karbol atau pengharum lantai.
Dengan karbol, walaupun bau
jengkol tidak hilang sama sekali,
baunya bisa bersaing dengan
bau karbol yang beraroma jerut,
apel, atau lavender.
Kaya gizi
Jika karena faktor bau dan
ketakutan terhadap
kemungkinan keracunan asam
jengkolat, orang boleh saja
menghindari makan jengkol.
Namun, jika menolak jengkol
hanya karena menganggap
jengkol makanan tak bergizi,
sebaiknya pandangan tersebut
dikoreksi. Mengapa?
Di luar urusan bau dan
kandungan asam jengkolat
penyebab keracunan, jengkol
sesungguhnya termasuk bahan
pangan kaya gizi. Hasil penelitian
memperlihatkan, jengkol kaya
karbohidrat, protein, vitamin A,
B, dan C, fosfor, kalsium,
alkaloid, minyak atsiri, steroid,
glikosida, tanin, dan saponin.
Bahkan, kandungan protein
jengkol masih lebih tinggi
daripada tempe (18,3 gram per
100 gram bahan) yang selama ini
disebut-sebut sebagai sumber
pangan nabati berprotein tinggi.
Dalam 100 gram biji jengkol,
terkandung energi 133 kkal,
protein 23,3 gram, karbohidrat
20,7 gram, vitamin A 240 SI,
vitamin B 0,7 mg, vitamin C 80
mg, fosfor 166,7 mg, kalsium 140
mg, besi 4,7 mg, dan air 49,5
gram. Sebagai catatan, angka
kecukupan gizi vitamin C yang
dianjurkan per hari adalah 75
mg untuk wanita dewasa dan 90
mg untuk pria dewasa. Ini
berarti, untuk memenuhi
kebutuhan vitamin C per hari,
kita cukup mengonsumsi jengkol
sekitar 100 gram.
Karena jengkol kaya akan zat
besi, tidak heran jika jengkol
sering dianjurkan bagi para
penderita anemia. Jengkol juga
sangat baik bagi kesehatan
tulang karena tinggi kandungan
kalsium, yaitu 140 mg/100 g.
Peran kalsium pada umumnya
dapat dibagi menjadi dua, yaitu
membantu pembentukan tulang
dan gigi, serta mengatur proses
biologis dalam tubuh. Dengan
demikian, di balik efek bau,
sesungguhnya banyak manfaat
yang diperoleh dari
mengonsumsi jengkol. Jadi,
kenapa mesti takut makan
jengkol? #dari berbagai sumber
Tinggi Kalsium
Jengkol merupakan sumber
protein yang baik, yaitu 23,3 g
per 100 g bahan. Kadar
proteinnya jauh melebihi tempe
yang selama ini dikenal sebagai
sumber protein nabati, yaitu
hanya 18,3 g per 100 g.
Kebutuhan protein setiap
individu tentu saja berbeda-
beda. Selain untuk membantu
pertumbuhan dan pemeliharaan,
protein juga berfungsi
membangun enzim, hormon,
dan imunitas tubuh. Karena itu,
protein sering disebut zat
pembangun.
Protein juga memberikan efek
menenangkan otak. Protein
membantu otak bekerja dengan
cepat dalam menerima pesan.
Bagi anak-anak, protein sangat
berperan untuk perkembangan
tubuh dan sel otaknya. Pada
orang dewasa, apabila terjadi
luka memar dan sebagainya,
protein dapat membangun
kembali sel-sel yang rusak.
Jengkol cukup kaya akan zat
besi, yaitu 4,7 g per 100 g.
Kekurangan zat besi dapat
menyebabkan anemia. Gejala-
gejala orang yang mengalami
anemia defisiensi zat besi adalah
kelelahan, lemah, pucat dan
kurang bergairah, sakit kepala
dan mudah marah, tidak mampu
berkonsentrasi, serta rentan
terhadap infeksi. Penderita
anemia kronis menunjukkan
bentuk kuku seperti sendok dan
rapuh, pecah-pecah pada sudut
mulut, lidah sulit menelan.
Remaja, wanita hamil, ibu
menyusui, orang dewasa, dan
vegetarian adalah yang paling
berisiko untuk mengalami
kekurangan zat besi. Di dalam
tubuh, besi sebagian terletak
dalam sel-sel darah merah
sebagai heme, suatu pigmen
yang mengandung inti sebuah
atom besi.
Jengkol juga sangat baik bagi
kesehatan tulang karena tinggi
kandungan kalsium, yaitu 140
mg/ 100 g. Peran kalsium pada
umumnya dapat dibagi menjadi
dua, yaitu membantu
pembentukan tulang dan gigi,
serta mengatur proses biologis
dalam tubuh.
Keperluan kalsium terbesar
adalah pada saat masa
pertumbuhan, tetapi pada masa
dewasa konsumsi yang cukup
sangat dianjurkan untuk
memelihara kesehatan tulang.
Konsumsi kalsium yang
dianjurkan pada orang dewasa
adalah 800 mg per hari.
Kandungan fosfor pada jengkol
(166,7 mg/100 g) juga sangat
penting untuk pembentukan
tulang dan gigi, serta untuk
penyimpanan dan pengeluaran
energi. Dengan demikian,
sesungguhnya banyak manfaat
yang diperoleh dari
mengonsumsi jengkol.
Namun, konsumsi jengkol dapat
memberikan efek bau tak sedap,
baik pada saat bernapas
maupun pada saat buang air
besar dan air kecil.